MAKALAH BIOFIS I
SEKSUALITAS
Disusun
untuk melengkapi tugas BIOFIS I
Dosen
pengampu : Sari Sudarmiati, M. Kep, Sp.Kep.Mat
Ns.
Niken Safitri DK, M.Si.Med
Sarah
Ulliya, S.Kp, M.Kes
Wahyu
Hidayati, M.Kep, Sp.KMB
Madya
Sulisno, M.Kep
Disusun
oleh :
Ainur Muhti
Ashari (22020114130106)
Azkiya
Ulki F (22020114120067
Esti
Aryani (22020114120057)
Fera Ayu Fitriyani 22020114120031
Nurul Inayati (22020114120058)
Rana Rofifah(22020114130117)
Tara
Najmia L. S. (22020114120014)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Biofis I Dengan membuat makalah ini
kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahui tentang seksualitas.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
·
Dosen
mata kuliah Biofis 1
·
Orang
Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan
serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa
yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang
sederhana ini, dapat memberi pengetahuan. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami
berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap
semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Semarang,
5 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
ii
|
Daftar Isi
................................................................... ii
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.2Sexually Transmitted Disease .............................................................. 3
2.3 Infertilitas .. ………………........................................... 7
2.4 Sexual Abuse ………………….......................................... 8
2.5 Inhibited Sexual Desire ………………….......................................... 10
2.6 Impotence …………………….......................................... 10
2.7 Gangguan ejakulasi ..................................................................... 14
2.8 Dysfunction Orgasmic ……………….............................................. 16
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.2Sexually Transmitted Disease .............................................................. 3
2.3 Infertilitas .. ………………........................................... 7
2.4 Sexual Abuse ………………….......................................... 8
2.5 Inhibited Sexual Desire ………………….......................................... 10
2.6 Impotence …………………….......................................... 10
2.7 Gangguan ejakulasi ..................................................................... 14
2.8 Dysfunction Orgasmic ……………….............................................. 16
2.8 Dyspareunia ……………………………………………. 18
2.9 Vaginismus …………………………………………….. 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 25
3.2 Saran ..................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 25
3.2 Saran ..................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 27
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Seksualitas
merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua individu secara
pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi
sebuah hubungan timbak balik anatara kedua individu tersebut.Pengertian seksual
secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang
berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan
perempuan.Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu
dimensi biologis, sosial,psikologis,dan cultural. Seksualitas dari dimensi
biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana
menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan
seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis(kognisi,emosi,motivasi,perilaku)terhadap seksualitas itu sendiri
Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis(kognisi,emosi,motivasi,perilaku)terhadap seksualitas itu sendiri
Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Kita harus tahu apa itu tentag
seksualitas, karena itu adalah salah satu hal yang paling dasar dan penting
dalam kehidupan manusia. Kini semakin berkembangnya kemajuan dunia membuat
perkembangan penyakin seksualpin semakin besar, kini makin banyak penyakit
seksual menular ( PSM). Beberapa penyakit seksual diantaranya adalah HIV,
Clamidia, Human Papilomavirus yang tidak hanya menyebabkan gangguan seksual
tapi bahkan bisa menyebabkan kematian. Disamping itu masalah yang sangat
menggangu seksualitas seseorang adalah kemandulan, yaitu ketidak mampuan
seseorang untuk menghasilkan keturunan. Kemandulan dapat disesbabkan oleh
beberapa faktor, entah itu dari pihak sang pria ataupun sang wanita.
Kini semakin banyaknya pelanggaranan
seksual ataupun kekerasan seksual yang terjadi dalam masyarakat, yang
kebanyakan dialami oleh anak usia dibawah umur. Bahkan pemerintah dan aparat
umumpun masih belum bisa menyelesaikan masalah ini, dan hal itu terjadi karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang seksualitas, bagaimana menjaga anak usia
dibawah umur agar tidak menjadi korban kekerasan seksual. Karena apabila hal
tersebut tidak diselesaikan dengan baik itu akan sangat berdampak buruk bagi
masa depan bangsa, karena sekarang penyakit seksual menular sangat mudah
menyebar apabila kita tidak berhati-hati.Selain berhati-hati kitapun harus
menjaga pola hidup yang sehat, pola makan yang harus selalu terjaga, dan yang
paling penting dalam menjaga kesehatan seksual adalah kita harus rajin menjaga
kebersihan diri kita, karena jika tidak maka penyakit seksual menukar akan
dengan mudah menyerang tubuh kita.
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui tentang seksualitas.
b. Untuk mengetahui tentang sexual transmitted diseas (
HIV, Clamidia, Human papilomavirus ).
c. Untuk mengetahui tentang kekerasan seksual.
d. Untuk mengetahui tentang inhibited sexual desire.
e. Untuk mengetahui tentang gangguan-gangguan seksualitas
seperti kemandulan, impotence, ejaculatory dysfunction,orgasmic dysfunction,
dysparenia, dan vaginismus.
1.3
MANFAAT
Untuk menambah wawasan tentang seksualitas,
penyakit seksual menular ( PSM ), untuk mengetahui gangguan-gangguan yang
terjadi pada seksualitas, dan untuk mengetahui tentang kekerasan seksual dan
inhibited sexual desire.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1Sexually Transmitted Disease
a.
HIV AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu penyakit yang termasuk
dalam kategori penyakit kronis, penyakit ini dapat muncul karena adanya infeksi
yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)
yang menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia. Yang dimaksud
dengan sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang berfungsi
untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri atau virus yang bertujuan untuk
menyerang sel tubuh dan menyerang pertahanan tubuh. Organ dimana sistem
kekebalan tubuh berada disebut lymphoid, yang memiliki peran utama dalam
mengembangkan lymphocytes (sel darah putih) yang secara spesifik berfungsi
untuk menjaga tubuh dari serangan virus, yang disebut sebagai T cells.
Sel dalam tubuh individu yang diserang oleh HIV adalah limfosit
Helper T cell yang berfungsi untuk menstimulasi sel darah putih untuk
diproduksi dan menyerang virus, jika jumlah dan fungsi limfosit Helper T cell
berkurang maka sistem kekebalan individu akan rusak sehingga mudah dimasuki dan
diserang oleh berbagai kuman penyakit.
-
Gejala-gejala
penyakit HIV AIDS :
1.
Demam
tinggi berkepanjangan
2.
Napasnya
pendek, batuk, dan nyeri pada dada
3.
Hilangnya
nafsu makan, mual, muntah
4.
Mengalami
diare kronis
5.
Kehilangan
berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
6.
Pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh
7.
Terjadi
serangan virus cacar air dan cacar api
8.
Infeksi
jaringan kulit rambut
9.
Kulit
kering dan bercak-bercak
10. Respon anggota gerak lambat
-
Penyebab
tertularnya Virus HIV/AIDS, menurut UNAIDS (2004)
1.
Kontak
seksual tanpa pelindung
2.
Darah yang
terinfeksi pada transfusi darah
3.
Penularan
dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya, yaitu selama kehamilan, proses
kehahiran atau melalui pemberian ASI.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus ini,
akan tetapi ada obat yang mampu memperlamabat reproduksi Virus HIV pada tahap
awal yang disebut Antiretroviral (ARV).
-
Beberapa
obat-obatan HIV AIDS :
1.
NRTI
(Nucleoside atau Nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
2.
NNRTI
(Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
3.
PI
(Protease inhibitor) Fusion inhibitor
-
Cara
mencegah HIV AIDS :
1.
Tidak
melakukan hubungan seksual di luar nikah
2.
Tidak
berganti-ganti pasangan seksual
3.
Abstrinensi
(tidak melakukan hubungan seksual)
4.
Penggunaan
jarum suntik sebaiknya sekali pakai
5.
Jauhi
narkoba
6.
Seorang ibu
yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil
b.
HPV
Salah satu virus penyebab pertumbuhan sel - sel di
dalam tubuh tidak normal adalah Human Papilloma Virus (HPV). Human Papilloma
Virus (HPV) termasuk golongan papovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat
bersifat mutagen.Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terkena HPV
bahkan menularkannya karena tidak ada gejala atau tanda - tanda yang khusus
saat virus ini menginfeksi. Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab
utama kanker serviks dan lesi pra kanker (bibit kanker) dan yang berhubungan
dengan kanker lainnya.
HPV dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
normal yang disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur
pada laki-laki dan perempuan serta kanker serviks maupun kanker penis.Displasia
di sekitar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal intraepitelial
neoplasia/AIN). Sedangkan displasia pada daerah leher rahim disebut neoplasia
intraepitelial serviks (cervical intraepitelial neoplasia/CIN).
Dari beberapa tipe HPV yang menyerang anogenital
(dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang menyebabkan masalah pada
manusia.2 subtipe HPV dengan resiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan
pada 70% kanker serviks, serta HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan 90% kasus
genital warts (kutil kelamin).Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan
seksual yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan serta dapat juga terjadi
baik secara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital,
maupun secara manual ke genital.
Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) saat ini sudah
digunakan untuk mencegah kanker serviks dan kutil kelamin, karena vaksin ini
bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe Human Papilloma Virus (HPV) yang
paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16 dan 18.Vaksin
diberikan dalam 3 dosis dalam 6 bulan periode, yaitu pemberian awal, 2 dan 6
bulan berikutnya. Keefektifan vaksin ini diperkirakan selama 5 tahun. Sebaiknya
vaksin diberikan sebelum wanita terdiagnosa virus HPV, karena vaksin ini
mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV
dan tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus Human
Papilloma Virus didalam tubuhnya. Pengobatan virus HPV dapat dilakukan dengan
cara Skrining, yaitu dengan cara melakukan papsmear (pengambilan sel-sel
disekitar serviks menggunakan alat khusus (sikat yang halus).Sistem kekebalan
tubuh dapat menyembuhkan infeksi HPV, namun orang tersebut dapat tertular lagi.
-
Displasia dan kutil
dapat dicabut, dengan cara :
1. Membakarnya
dengan jarum listrik (kauterisasi listrik) atau laser
2. Membekukannya
dengan nitrogen cair
3. Memotongnya
secara bedah
c.
Clamidia
Klamidia
adalah penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi
wanita. Meskipun gejala klamidia biasanya ringan atau tidak ada,
komplikasi serius dapat menyebabkan kerusakan ireversibel, termasuk
infertilitas.Klamidia adalah bakteri intra selular kecil yang membutuhkan sel -
sel yang hidup untuk bermultiplikasi. Kromosom bakteri klamidia terdiri dari
lebih kurang 1 juta pasangan basa dan memiliki kapasitas untuk mengkodekan
lebih dari 600 protein.Klamidia trakomatis adalah
bakteri obligat intraseluler yang menginfeksi uretra dan serviks. Klamidia
dapat mengerosi daerah serviks, sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan
mukopurulen. Bayi yang dilahirkan wanita yang terinfeksi klamidia, 25-50% akan
terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan 10-20% akan
berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah lahir.
Klamidia
menginfeksi sel epitel kolumnar, yang menyebabkan wanita usia remaja memiliki
risiko infeksi karena squamocolumnar junction pada ektoserviks sampai
dengan usia dewasa. Pria yang terinfeksi memiliki kemungkinan untuk menularkan
sekitar 25% melalui hubungan seksual ke wanita yang sehat. Angka penularan dari
ibu yang terinfeksi ke bayi baru lahir adalah 50% yang mengakibatkan
konjungtivitis atau pneumonia (l0 - 20%).
Infeksi klamidia dapat terjadi melalui hubungan seksual pada usia
muda baik melalui oral, vaginal maupun anal, riwayat infertilitas, memiliki
lebih dari 1 pasangan seksual dan penggunaan tidak teratur dari kontrasepsi
barrier. Bakteri ini dapat menyebar dari lokasi awalnya dan menyebabkan infeksi
uterrus, tuba fallopi, ovarium, rongga abdomen dan kelenjar pada daerah vulva
pada wanita dan testis pada pria.
Meskipun
umumnya orang yang menderita klamidia tidak menunjukkan gejala, manifestasi
paling sering pada penyakit ini adalah adanya suatu reaksi lokal peradangan
pada mukosa yang dihubungkan dengan keputihan, uretritis pada pria, dan
urenitis / vaginitis / servisitis pada wanita. Pada wanita dengan infeksi
klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul, dengan sequealae
termasuk infertilitas, kehamilan ektopik dan radang panggul kronik.Infeksi
Klamidia diketahui juga meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) oleh karena meningkatnya peradangan pada
mukosa genital.Jika tidak diobati, penyakit ini dapat berkembang menjadi
epididimis pada pria dan penyakit infeksi saluran genital bagian atas pada
wanita.Jika tidak diobati, penyakit kelamin ini dapat berkembang menjadi
epididimitis pada pria dan penyakit infeksi saluran genital bagian atas pada
wanita.
Pengobatan
terhadap infeksi klamidia diberikan ketika infeksi ini telah terdiagnosis atau
dicurigai. Pengobatan juga melibatkan partner seksual, atau kepada pasien yang
sedang diobati untuk infeksi gonorrhea. Pengobatan untuk infeksi klamidia
tergantung dari gejala klinis. Pengobatan yang efektif dan murah untuk infeksi
genital klamidia telah tersedia untuk setiap gejala klinis yang umum. Pada
suatu penelitian randomized controlledntrial (RCT), efikasi pengobatan 7 hari
dengan doksisiklin adalah sama dengan pengobatan dengan azitromisin dosis
tunggal. Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari 95% pada pria dan wanita
yang tidak hamil.Pada ibu hamil yang terinfeksi klamidia, dari Chohrane
Review pada 11 penelitian mengenai pengobatan infeksi klamidia pada
kehamilan, amoksisilin memiliki efektifitas yang sama dengan eritomisin.
2.2Infertilitas
Infertilitas
didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang
anak. Secara klinis, suatu pasangan di duga mengalami infertilitas jika tidak
terjadi kehamilan setelah koitus yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi
selama dua bulan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi yaitu :
faktor endogen, yang meliputi tahap seluler, jaringan dan organ. Yang kedua
adalah faktor luar, yang meliputi lingkungan dan pola hidup (life
style). Untuk sel, jaringan dan organ agar berfungsi dengan baik
diperlukan asupan zat gizi makro dan mikro.
Penyebab
utama infertilitas wanita akibat kelainan oosit adalah kegagalan ovulasi secara
teratur atau tidak terjadi ovulasi sama sekali. Berbagai gangguan yang
menyebabkan oligoovulasi atau anovulasi juga merupakan penyebab amenorea dan
dibagi menjadi 3 kelompok: disfungsi hipotalamus, penyakit pada hipofisis, dan
disfungsi ovarium.
Masalah kesehatan pria
yang paling sering dijumpai adalah kelainan pada sistem reproduksi, disfungsi
seksual, infertilitas, penyakit sistemik dan kesehatan mental. Kelainan pada
sistem reproduksi adalah tidak tumbuh normalnya korteks dan kelenjar
asesorisnya dan pembesaran prostat. Disfungsi seksual dapat berupa gangguan
libido, ereksi, ejakulasi dan orgasme. Infertilitas dapat berupa abnormalitas
volume semen, kualitas dan kuantitas sperma.
Gangguan
kesuburan dan seksual
Manual
WHO 1999 menetapkan nilai rujukan parameter semen normal berikut: volume 2,0 ml
atau lebih, pH 7,2 atau lebih jumlah sperma 20.000.000 spermatozoa/ml atau
lebih, jumlah total sperma adalah 40.000.000/ejakulat atau lebih, motilitas 50%
atau lebih motil grade a+b atau 25 % atau lebih dengan grade a dalam rentang 60
menit setelah ejakulasi, morfologi 15% - 30%, Vitalitas, 50% atau lebih hidup,
leukosit kurang dari 1.000.000/ml, immunobed kurang dari 50% spermatozoa motil
terikat bead dan MAR test kurang dari 50% spermatozoa motil yang terikat dengan
partikel. Nomenklatur untuk hasil analisis semen adalah: Normozoospermia adalah
normal ejakulasi sesuai dengan nilai rujukan normal, Astenozoospemia, jika
lebih kecil dari nilai rujukan untuk motilitas. Teratozoospermia, jika lebih
kecil dari nilai rujukan untuk morfologi, Oligoastenoteratozoospermia jika ke 3
nilai rujukan kurang dari normal, Azoospermia jika tidak dijumpai adanya
spermatozoa didalam ejakulat dan Aspermia jika tidak ada ejakulat. Hal inilah
yang memyebabkan pria bisa disebut infertilitas.
2.3
Sexual Abuse
-
Definisi
Eksploitasi
seksual pada anak adalah ketergantungan perkembangan aktivitas seksual yang
tidak matur pada anak dan dewasa, dimana mereka tidak sepenuhnya komprehensif
dan tidak mampu untuk memberikan persetujuan karena bertentangan dengan hal
yang tabu di keluarga. (Shecter dan roberge, 1976)Sexual abuse adalah
eksploitasi anak untuk kepuasan seksual orang dewasa. (Fraser, 1981)
-
Etiologi
Dari sekian pengaduan
kekerasan yang diterima komnas Perlindungan Anak (PA), pemicu kekerasan
terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah
1. Munculnya
kekerasan dalam rumah tangga
2. Terjadinya
disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana mestinya,
3. Faktor
ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi.
I.
DAMPAK SEXUAL ABUSE
1. Depresi
kronis berat
2. Obesitas
morbid
3. Ketidakstabilan
perkawinan
4. Masalah
gastrointestinal
5. Sakit
kepala
II.
PENCEGAHAN SEXUAL ABUSE
1. Pendidikan
dan pengetahuan orang tua yang cukup agar orang tua mampu mendidik anaknya kea
rah perkembangan yang memuaskan tanpa adanya tindak kekerasan
2. Keluarga
yang hangat dan demokratis
3. Mengenalkan
kepada anak bagian-bagian tubuhnya sejak dini, termasuk daerah seksualnya
4. Ajarkan
kepada anak untuk berteriak atau segera lapor orang tua apabila ada orang lain
yang memegang daerah seksualnya
5. Ajarkan
anak mengatakan kata-kata penolakan jika daerah seksualnya dipegang orang lain
III.
JENIS SEXUAL ABUSE
1. Kekerasan
terhadap perempuan (KTP) : kekerasan berbasis jender yang berakibat, menyakiti
fisik, seksual, mental, dll.
2. Child
abuse (Penganiayaan anak/KTA) : perlakuan orang dewasa atau anak seusianya
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan terhadap anak yang tidak berdaya
3. Kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) : kekerasan fisik maupun psikis yang terjadi dalam
rumah-tangga
4. Perkosaan
: hubungan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan korbannya
IV.
Model Program Konseling
(Suda, 2006)
1. The dynamic of sexual
abuse : terapi difokuskan pada pengembangan
konsepsi, yaitu pelaku yang disalahkan bukan korban
2. Protective behaviours
counseling : anak dilatih untuk melindungi dirinya
sendiri
3. Self-Esteem
counceling : mereka bukan korban,
tetapi mereka adalah yang mampu bertahan
4. Feeling counceling
: klien didorong untuk mengekspresikan perasaannya
5.
Cognitf
therapy
6. Mencegah
melakukan hal yang sama : menerapkan prinsip anti kekerasan, menumbuhkan sikap
murah hati mempertahankan kebiasaan berpendapat, dll.
2.3Inhibited
Sexual Desire
Inhibited
Sexual Desire (ISD) adalah suatu kondisi
medis yang mempunyai satu gejala yaitu keinginan seksual yang rendah. Seseorang
yang mengalami ISD jarang terlibat dalam kegiatan seksual. Mereka cenderung
tidak menaggapi tawaran seksual pasangan mereka. Kondisi ini juga disebut sebagai
gangguan hypoactive sexual desire, keengganan seksual, atau apatis seksual. ISD adalah
salah satu masalah yang paling umum dihadapi pasangan
saat ini.
ISD dapat
dibedakan menjadi ISD primer dan sekunder. Pengelompokan ini diperlukan untuk pemberian pengobatan pada
penderita.
1. Primer adalah orang dengan ISD
pernah memiliki hasrat seksual.
-
Sekunder adalah orang dengan ISD mulai menjalin hubungan dengan
hasrat seksual yang normal,tetapi kemudian menjadi tertarik.
-
Perubahan besar
dalam hidup dapat mempengaruhi keinginan
seksual kita di antaranya :
1. Kehamilan
2. Perceraian
3. Menopause
4. Pekerjaan dan kehidupan yang tidak
seimbang
-
Faktor eksternal yang
dapat mengurangi keinginan seksual meliputi :
1. Konflik
2. Komunikasi yang tidak baik
3. Mengendalikan sikap
4. Penghinaan atau kritik
5. Perselingkuhan
6. Kuranganya hubungan emosional
Orang yang paling berisiko mengalami ISD adalah orang yang
mengalami trauma terkait seksualitas
seperti, perkosaan, atau kekerasan seksual. Selain itu keluarga yang
membiasakan dan mengajarkan berpikir negatif
mengenai seks kepada anak juga dapat tertular.
-
Ada beberapa faktor medis dan psikologis yang dapat
menghambat keinginan seksual, diantaranya :
1. Hubungan seksual yang menyakitkan
2. Disfungsi ereksi (ED) adalah
ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai ereksi. Hal ini dapat menyebabkan
ISD dalam manusia, yang mungkin merasa dia adalah kegagalan seksual. Dirasakan
kegagalan baik pada pria maupun wanita (kegagalan orgasme, misalnya) dapat
menyebabkan individu mengalami disfungsi untuk memiliki ISD.
3. Ketidakmampuan untuk ejakulasi
selama hubungan seksual
4. Pola berpikir negative mengenai seks
5. Kehamilan dan menyusui
6. Kesehatan mental atau psikologis
7. Mngonsumsi alcohol dan obat-obatan
yang berlebihan
8. Penyakit kronis
9. Rasa sakit dan kelelahan
10. Perubahan hormonal terutama hormon
testosterone yang rendah baik laki-laki ataupun perempuan
11. menopause
-
Pengobatan untuk Inhibited
Sexual Desire
Konseling
psikologis dan seksual adalah pengobatan utama untuk ISD. Banyak pasangan
pertama yang perlu konseling pernikahan untuk meningkatkan hubungan nonseksual
mereka sebelum
menangani
komponen seksual secara langsung.Pelatihan komunikasi adalah salah satu pilihan
yang mengajarkan bagaimana pasangan menunjukkan kasih sayang dan empati, menghormati
perasaan dan perspektif masing-masing, menyelesaikan perbedaan, mengekspresikan
kemarahan dengan cara yang positif. Selain itu perubahan gaya hidup tertentu dapat
memiliki efek positif pada keinginan
seksual
sekaligus meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
2.5 Impotence
I.
Definisi
Disfungsi
ereksi atau impotence adalah disfungsi seksual yang ditandai dengan
ketidakmampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan
seksual dirinya sendiri maupun pasangannya. Disfungsi ereksi merupakan masalah
yang signifikan dan umum di bidang medis, dan merupakan kondisi medis yang
tidak berhubungan dengan proses penuaan walaupun prevalensinya meningkat
sejalan dengan bertambahya usia.
II.
Etiologi
Penyebab yang bersifat fisik
lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lelah
sering terjadi pada pria yang lebih muda, semakin bertambah umur
seseorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi
bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat
penyakit yamg sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65
tahun dan 75% pria berusia 80 tahun. Agar bias tegak, penis memerlukan aliran
darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya
aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi.
·
Penyebab
impotensi ada dua, yakni faktor fisik (organik) dan faktor psikologis
(psikogenik).
a.
Faktor
fisik
1.
Penyakit
kronik (aterosklerosis, diabetes, penyakit jantung)
2.
Obat-obatan
(contoh : antihipertensi (diuretic thiazid), antiandrogen (digoksin),
antidepresan, antipsikotik (neuroleptik), antihistamin II (simetidin), alcohol,
heroin, obat penenang, litium.
3.
Pembedahan/operasi
(daerah pelvis dan prostatektomi radikal)
4.
Trauma
(spinal cord injury)
5.
Radioterapi
pelvis
6.
Inflamasi
prostat/prostatitis
7.
Penyakit
parah (anemia, TBC, Pneumonia, dll.)
8.
Gangguan
hormonal
9.
Multiple
sclerosis dan penyakit saraf lainnnya.
b.
Factor
psikologis
1.
Kurangnya
kepercayaan diri
2.
Gangguan
hubungan personal
3.
Kurangnya
hasrat seksual
4.
Cemas,
depresi, stress, kepenatan, kehilangan, kemarahan
5.
Konflik
rumah tangga
III.
Pencegahan
impotensi
1.
Hindari
nikotin
2.
Vasektomi
3.
Stop
stress dan perasaan bersalah
4.
Bakar
lemak perut
5.
Hindari
benturan benda keras
2.6 Gangguan ejakulasi (ejaculatory dysfunction )
Ejakulasi merupakan
peristiwa
keluarnya sperma dari penis dan biasanya di sertai dengan orgasme.
Ejakulasi inimelibatkan kerja dua
impuls, yaitu impuls simpatis menyebabkan kontraksi peristaltik di duktus
testis, epididimis, dan duktus deferen menyebabkan sperma mengalir ke
sepanjang saluran, dan impuls parasimpatis menyebabkan otot bulbokavernosum berkontraksi secara
berirama, menyebabkan cairan semen
keluar. Jadi saat ejakulasi ini saraf simpatis menyebabkan konstriksiarteriol, sehingga aliran darah yang ke kavernosa
mengecil. Darah dari sinusoid korpus kavernosa mengalir ke vena, penis
menjadi lunak.
1.
Anejakulasi : tidak berejakulasi tapi rasanya seperti sudah
berejakulasi
2.
Ejakulasi retrograde : sperma masuk ke kandung kemih setelah
ejakulasi, hal ini diketahui dengan terdapatnya
sperma pada urine saat berkemih
3.
Ejakulasi dini : ketidakmampuan terjadinya erksi dan
mempertahankan ereksi dalam waktu yang cukup untuk hubungan seksual yang
memuaskan.
4.
Ejakulasi incomplete : ejakulasi
tidak lengkap biasanya karena seks terburu-buru dan perasaan tidak nyaman saat
ejakulasi
5.
Ejakulasi terhambat :
kebalikan ejakulasi dini dimana terjadi ejakulasi tidak kunjung keluar meski
hubungan seks sudah berlangsung lama, hal ini menyiksa baik pihak pria maupun wanita
Masalah
Ejakulasi yang kompleks dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1
tekanan
2
masalah hubungan
3
kecemasan, seperti orang menjadi cemas
bahwa ia akan kehilangan ereksinya (disfungsi ereksi) menyebabkan dia
‘terburu-buru’ hubungan intim
4
sebelumnya pengalaman seksual traumatis
5
depresi
6
beberapa kondisi medis atau obat - untuk
diabetes misalnya dapat menyebabkan ejakulasi tertunda
7
Beberapa peneliti berpikir orang
tertentu lebih rentan terhadap ejakulasi dini karena biologis mereka make-up,
seperti memiliki penis yang luar biasa sensitive
penyebab disfungsi ejakulasi pada pria
bisa disebabkan oleh gangguan fisiologis atau psikologis. Penyebab fisiologis
misalnya dikarenakan adanya masalah kesehatan secara umum yang juga bisa menyebabkan
gangguan fungsi seksual. Misalnya diabetes, gangguan jantung dan pembuluh
darah, gangguan neurologis, ketidakseimbangan hormon, dan berbagai macam
penyakit kronis lain misalnya gagal ginjal, penyakit hati, alkohlisme dan
penyalahgunaan napza jangka panjang. Penyebab psikologis termasuk diantaranya
adalah depresi, stress, kecemasan, kegalauan terhadap vitalitas seksual,
permasalahan rumah tangga, masalah relasi, perasaan bersalah, dan juga karena
masalah trauma seksual di masa lampau.
-
Akibat
- Tingkat kepercayaan diri yang menurun
- Harapan hidup yang rendah
- Semangat hidup yang kian redup
- Minder di hadapan pasangan
- Tingkat perceraian yang tinggi
-
Penanganan
1. Konsultasi
terhadap dokter
2. Bicarakan
pada pasangan
3. Jaga pola
hidup yang sehta
4. Hindari
makanan beralkohol
2.7 Dysfunction
Orgasmic (Disfungsi Orgasme)
a.
Definisi
Disfungsi
orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme secara terus-menerus
atau berulang kali setelah memasuki tahap rangsangan (excitement phase) ketika sedang berhubungan (Pangkahila,
2007).Disfunction orgasme adalah kondisi dimana seorang wanita sulit mencapai
orgasme meskipun telah mendapat rangsangan dengan tepat ketika melakukan
aktivitas seksual.Disfungsi orgasme juga disebut sebagai anorgasmia atau female orgasmic disorder.
Ada
empat jenis disfungsi orgasme yaitu disfungsi orgasme primer, disfungsi orgasme
sekunder, disfungsi orgasme situasional, dan disfungsi orgasme general. (Mayo
Clinic, 2012)
-
Disfungsi orgasme
primer adalah kondisi dimana seorang waita tidak pernah dan tidak bisa
berorgasme, kasus ini terjadi pada 10%-15% wanita.
-
Disfungsi orgasme
sekunder adalah kondisi dimana seorang wanita setidaknya pernah mengalami satu
kali orgasme, namun setelah itu tidak dapat mengalami orgasme lagi. Kasus
disfungsi orgasme sekunder terjadi pada 33%-50% wanita.
-
Disfungsi orgasme
situational adalah tipe yang paling banyak terjadi. Pada tipe ini wanita hanya
dapat mencapai orgasme pada situasi tertentu, seperti ketika oral seks atau
masturbasi.
-
Disfungsi orgasme
general adalah ketidakmampuan mencapai orgasme pada keadaan apapun atau
pasangan seks manapun.
b.
Penyebab
Disfungsi orgasme dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
-
Usia, terlebih wanita
pada usia menopause
-
Penyakit kronis
-
Pandangan budaya dan agama
tentang seks
-
Rasa malu atau segan
-
Kesalahan tentang
kenikmatan aktivitas seksual
-
Pengalaman kejahatan
seksual (pelecehan, pemerkosaan) di masa
lampau
-
Hysterectomy (operasi
pengangkatan uterus)
-
Kondisi
medis yang mempengaruhi pasokan saraf ke panggul (seperti multiple sclerosis,
neuropati diabetes, dan cedera tulang belakang)
-
Resep
obat tertentu, termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), dan sertraline
(Zoloft)
-
Stress dan kelelahan
c.
Gejala
Gejala
dari disfungsi orgasme adalah tidak mampu mencapai
orgasme, memakan waktu lebih lama dari yang diinginkan, atau mengalami orgasme
hanya sekedar untuk kepuasan.Orgasme dapat tercapai dengan sedikit rangsangan
seksual, meskipun dalam beberapa kasus disfungsi orgasme ini memerlukan usaha
yang lebih.Gejala utama dari anorgasme adalah ketidakmampuan mencapai klimaks
dalam seks. Tidak mampu mencapai kepuasan orgasme atau membutuhkan waktu yang
lebih lama dari waktu normal untuk mencapai klimaks juga merupakan gejala dari
anorgasme.
Anorgasme tidak hanya mengarah pada
aktivitas seks tapi juga mengarah pada ketidakmampuan untuk mencapai klimaks
saat masturbasi atau saat memberikan rangsangan pada klitoris.
d.
Diagnosa
Langkah
pertama dalam mengobati disfungsi orgasme adalah dengan konsultasi pada dokter.
Meskipun malu, namun itu adalah cara terbaik untuk membantu pasien dapat
menikmati aktivitas seksual lagi.Dokter akan berdiskusi dengan mengajukan
pertanyaan mengenai pengalaman seksual pasien dan akan melakukan pemeriksaan
fisik. Tujuan dari diskusi dan pemeriksaan adalah untuk mengungkapkan penyebab
pemicu terjadinya disfungsi orgasme atau merujuk pasien untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter kandungan.
e.
Pengobatan
Pengobatan kasus
disfungsi orgasme tergantung pada penyebabnya. Sebagai berikut ini:
-
mengobati kondisi yang
mendasari disfungsi orgasme
-
mengganti obat
antidepresan
-
mencoba beberapa bentuk
terapi komunikasi, seperti terapi perilaku kognitif
-
menerima rangsangan
pada klitoris selama masturbasi dan hubungan seksual
-
Terapi dengan pasangan
merupakan pilihan pengobatan yang sedang populer. Terapi ini adalah cara bagi
pasangan untuk berhubungan seks lebih baik.
-
Terapi hormon estrogen
dapat membantu meningkatkan rangsangan dan aliran darah ke alat kelamin
(genital) untuk meningkatkan sensitivitas.
-
Terapi Testosteron juga
merupakan pilihan pengobatan. Namun, belum disetujui oleh US Food and Drug
Administration untuk mengobati disfungsi orgasme pada wanita.
f.
Menjalani
hidup dengan DO
Ketidakmampuan untuk orgasme dapat
berdampak frustasi, stress dan berdampak pada sebuah hubungan. Namun, penderita
mungkin dapat mencapai klimaks dengan menjalani perawatan yang tepat dan
pikiran yang terbuka.penderita harus menyadari bahwa difungsi orgasme bukan
kesalahannya dan dianjurkan untuk tidak berpikiran bahwa hanya dirinya sendiri
yang mengalami disfungsi orgasme. Banyak wanita memiliki masalah dengan
disfungsi orgasme di dalam hidup mereka.
Bagian dari terapi individu atau
pasangan berfokus pada bagaimana pasien melihat dan menilai suatu hubungan seksual.
Ada banyak cara pasien dapat mengekspresikan emosi secara fisik tanpa memiliki
tujuanuntuk mencapai orgasme. Pertemuan dengan seorang terapis dapat membantu
pasien dan pasangannya untuk belajar lebih banyak tentang satu sama lain
mengenai kebutuhan dan keinginan seksual.
2.8 Dyspareunia
a.
Definisi
Dispareunia
adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual.
Dispareunia sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi dapat menjadi
penghambat aktivitas seksual genital pada kedua jenis kelamin.Vaginismus atau trauma urogenital lokal atau kondisi
peradangan seperti robekan hymen, laserasi labial, uretritis, atau kondisi
peradangan pada kelenjar labial atau vagina (vaginitis) dapat menyebabkan
dispareunia. Dispareunia terjadi sebelum, selama atau setelah hubungan seksual.
Penderita
akan mengalami :
-
Nyeri hanya pada
penetrasi seksual (entry)
-
Nyeri pada setiap penetrasi
-
Nyeri setelah hubungan
-
Nyeri seperti terbakar
atau sakit nyeri
-
Nyeri yang sangat lama
setelah berhubungan
Jika
mengalami nyeri saat berhubungan seks berulang, kosultasikan dengan dokter.
Mengobati masalah dapat membantu kehidupan seks, keintiman emosional dan citra
diri.
Penyebab fisik hubungan seksual yang menyakitkan berbeda, tergantung pada rasa sakit terjadi pada awal atau pada saat penetrasi. Faktor emosional dapat dikaitkan dengan berbagai jenis dipareunia.
Penyebab fisik hubungan seksual yang menyakitkan berbeda, tergantung pada rasa sakit terjadi pada awal atau pada saat penetrasi. Faktor emosional dapat dikaitkan dengan berbagai jenis dipareunia.
Nyeri saat memasukkan (entry)
Nyeri
saat penetrasi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk:
-
Pelumasan cukup. Hal
ini karena tidak cukupnya foreplay.Pelumasan cukup juga sering disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen setelah menopause, setelah melahirkan atau selama
menyusui.
-
Obat-obat tertentu yang
menghambat keinginan atau gairah, yang dapat mengurangi pelumasan dan membuat
seks terasa sakit. Antara lain antidepresan, obat tekanan darah tinggi, obat
penenang, antihistamin dan pil KB tertentu.
-
Cedera, trauma atau
iritasi. Ini termasuk cedera atau iritasi akibat kecelakaan, operasi panggul,
episiotomi ( pemotongan yang dilakukan selama persalinan untuk memperbesar
jalan lahir).
-
Peradangan, infeksi
atau kelainan kulit. Infeksi di daerah genital atau saluran kemih dapat
menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan. Eksim atau masalah kulit lainnya
di daerah genital juga dapat menjadi masalah.
-
Vaginismus.
Kejang paksa otot-otot dinding vagina (vaginismus) dapat membuat upaya
penetrasi sangat menyakitkan.
-
Kelainan bawaan.
seperti vagina tidak berbentuk sepenuhnya (agenesis vagina) atau pengembangan
membran yang menghalangi lubang vagina (selaput dara imperforata), bisa menjadi
penyebab dispareunia.
Deep
pain
Deep pain biasanya
terjadi dengan penetrasi yang mendalam dan akan lebih terasa dengan posisi
tertentu. Penyebabnya antara lain:
-
Penyakit dan kondisi
tertentu. Seperti endometriosis,
penyakit radang panggul, prolaps rahim, rahim retroversi, fibroid rahim,
cystitis, sindrom iritasi usus, wasir dan kista ovarium.
-
Operasi atau perawatan
medis. Jaringan parut dari operasi panggul, termasuk hysterectomy,
kadang-kadang dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan. Perawatan
medis untuk kanker, seperti radiasi dan kemoterapi, dapat menyebabkan perubahan
yang membuat seks terasa menyakitkan.
-
Faktor emosionalEmosi
yang sangat terkait dengan aktivitas seksual dan memiliki peran dalam setiap
jenis nyeri seksual. Faktor emosional meliputi:
-
Masalah psikologis.
Kecemasan, depresi, kekhawatiran tentang penampilan fisik, takut akan keintiman
atau masalah dalam suatu hubungan yang menyebabkan rendahnya tingkat gairah dan menyebabkan
ketidaknyamanan atau sakit.
-
Stres. Otot panggul
cenderung mengencangkan dalam merespon stres. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
selama hubungan seksual.
-
Pengalaman pelecehan
seksual. Kebanyakan wanita dengan dispareunia tidak memiliki riwayat pelecehan
seksual, tetapi jika pernah mengalami pelecehan ini dapat memicu dispareunia.
Terapi
Berbagai jenis terapi dapat membantu, termasuk:
Berbagai jenis terapi dapat membantu, termasuk:
-
Terapi desensitisasi. Selama terapi
ini, pasien akan belajar latihan relaksasi vagina yang dapat mengurangi rasa
sakit. Terapis akan menyarankan latihan dasar panggul (latihan Kegel) atau
teknik lain untuk mengurangi rasa sakit dengan hubungan seksual.
-
Konseling atau terapi seks. Pasien
memerlukan bantuan meningkatkan komunikasi dengan pasangannya dan memulihkan
keintiman seksual. Berbicara dengan seorang konselor atau terapis seks dapat
membantu mengatasi masalah ini.
-
Terapi perilaku kognitif juga dapat
membantu dalam mengubah pola pikir negatif dan perilaku.
Pasien dan pasangan pasangan mungkin dapat
meminimalkan rasa sakit dengan beberapa perubahan pada rutinitas seksualnya:
-
Beralih posisi. Jika Anda mengalami
nyeri saat menyodorkan, penis mungkin menusuk serviks atau menekankan otot
panggul, sehingga menyebabkan sakit kram atau nyeri. Perubahan posisi dapat
membantu mengurangi rasa sakit wanita dapat mencoba berada di atas pasangannya
saat berhubungan seks. Wanita biasanya memiliki kontrol lebih pada posisi ini,
sehingga dapat mengatur penetrasi pada kedalaman yang nyaman untuk wanita.
-
Berkomunikasi. Bicara tentang apa
yang terasa nyaman dan apa yang tidak. Jika Anda membutuhkan pasangan untuk
lambat, katakan demikian agar aktivitas seks terasa nyaman.
-
Jangan terburu-buru. Lagi foreplay
dapat membantu merangsang lubrikasi alami dan dapat mengurangi rasa sakit
dengan menunda penetrasi sampai wanita merasa benar-benar terangsang.
-
Gunakan pelumas. Sebuah pelumas
dapat membuat seks lebih nyaman.
2.9 Vaginismus
DEFINISI
Vaginismus
adalah ketegangan otot yang involunter pada sepertiga bagian luar vagina yang
mengganggu senggama. (Sadock, 2008) Kontraksi otot adalah gejala fisik yang
timbul sebagai respons emosional terhadap pengalaman
seksual awal yang negative, penganiyaan seksual, pemeriksaan vagina yang
menimbulkan nyeri, masalah ereksi pada pasangan, tabu agama, nyeri yang
dihubungkan dengan masalah fisik (vagina pendek, hymen imperforate, tumor,
nyeri kambuhan pada vulva, atau cedera genitalia), atau rasa takut, misalnya,
rasa takut terkena infeksi menular seksual, kehamilan, orientasi seksual,
kanker, atau HIV.
FAKTOR
PREDISPOSISI
·
Memiliki pengalaman
koitus yang menyakitkan.
·
Kondisi negative masa
kanak-kanak yang menganggap seks sebagai sesuatu yang kotor, penuh dosa dan
memalukan.
·
Trauma seksual pada
awal masa kanak-kanak
·
Trauma pada saat
pertama kali pemeriksaan pelvis
·
Fobia kehamilan
·
Fobia penyakit kelamin
(Townsend, 1998)
ETIOLOGI
Dari
factor fisik:
·
Infeksi traktus
genitalis (candidiasis, Ca Cervix oleh HPV).
·
Penyakit sistem
vascular (Artherosklerosis)
·
Penyakit yang
mempengaruhi sistem saraf (diabetes, multiple sclerosis, cedera saraf tulang
belakang).
·
Penurunan kadar
testosterone
·
Penurunan kadar
estrogen setelah menopause, melahirkan dan sedang menyusui.
·
Obat-obatan:
antihipertensi, antidepresan jenis SSRI (Prozac dan Zoloft)
·
Konsumsi alcohol yang
berlebihan.
Dari
factor psikologis:
·
Trauma psikoseksual
(pemerkosaan)
·
Informasi seksual yang
tidak adekuat.
·
Religious: menganggap
tabu.
DIAGNOSA
Diagnosa
vaginismus di tentukan berdasarkan ada tidaknya gejala-gejala dibawah ini:
1. Sulitnya
penetrasi pada saat hubungan seksual.
Rasa
sesak dan nyeri pada saat penetrasi merupakan salah satu tanda adanya
vaginismus.
2. Adanya
rasa nyeri seksual terus-menerus yang terjadi setelah problem pelvis, persoalan
medis atau bedah.
3. Nyeri
seksual setelah melahirkan.
Rasa
nyeri seksual dan sesak saat penetrasi setelah melahirkan (setelah semuanya
sembuh) juga menjadi salah satu pertanda vaginismus sekunder.
4. Nyeri
seksual terus-menerus dan rasa sesak saat penetrasi tanpa adanya penyebab fisik
yang terlihat.
5. Vaginismus
sering terjadi selama aktifitas seksual berlangsung dan dokjter tidak dapat menemukan penyebab
pasti kesulitan dalam hubungan seksual tersebut.
6. Penolakan
hubungan seksual akibatrasa nyeri atau gagalnya penetrasi.
Pemeriksaan
lain yang dapat digunakan untuk mendiagnosa vaginismus adalah dengan
menggunakan surface elektromiography (sEMG) or needle elektromiography. Dari
peniletian terhadap sEMG dan needle EMG dapat menunjukan kekuatan otot-otot
pelvis. Pelvic floor pada wanita dan tonus otot pelvis serta vagina dalam
diagnose vaginismus. Dari penilitian menunjukan bahwa kekuatan otot vagina dan
pelvic floor pada wanita dengan vaginismus lebih besar disbanding wanita normal.
Tidak
ada pemeriksaan medis pasti yang dapat digunakan untuk diagnose vaginismus,
karena itu mungkin diperlukan beberapa kali kunjungan ke dokter atau sppesialis
untuk menegakkan diagnose. Keberhasilan dalam mendiagnosa suatu vagisnismus
ditentukan oleh riwayat pasien, deskripsi masalah, pemeriksaan gynecology dan
proses untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Seksualitas merupakan kebutuhan dasar
manusia berupa ekspresi perasaan dua individu secara pribadi yang saling
menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbak balik anatara kedua individu tersebut. Banyak hal yang harus kita
perhatikan tentang seksualitas, karena itu adalah hal yang sangat penting bagi
manusia. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seksualitas, seperti fisiologi
dan psikologi. Banyak hal yang harus kita perhatikan seperti pola makan,
kebersihan, kondisi mental, jangan banyak pikiran karena itu sangat berpengaruh
tentang seksualita kita.
Apabila kita tidak mempertibangkan
hal-hal tersebut, walau cuma sepele itu akan sangat berpengaruh untuk
seksualitas kita. Akan banyak gangguan yang akan menyerang bagian seksualitas
kita apabila kita tidak merawat dengan baik, bebrapa gangguan itu seperti :
·
HIV AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah
salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit kronis, penyakit ini dapat muncul
karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan
menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia.
·
Human Papilloma Virus
(HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks dan lesi pra kanker (bibit
kanker) dan yang berhubungan dengan kanker lainnya.
·
Klamidia adalah
penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita.
·
Infertilitas
didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang
anak.
·
Disfungsi ereksi atau
impotence adalah disfungsi seksual yang ditandai dengan ketidakmampuan atau
mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya
sendiri maupun pasangannya.
·
Kelainan pada
ejakulasi, seperti ( anejakulasi, ejakulasi dini,
Ejakulasi retrograde, Ejakulasi
incomplete,
Ejakulasi terhambat )
·
Disfunction orgasme
adalah kondisi dimana seorang wanita sulit mencapai orgasme meskipun telah
mendapat rangsangan dengan tepat ketika melakukan aktivitas seksual.
·
Dispareunia
adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual.
·
Vaginismus adalah
ketegangan otot yang involunter pada sepertiga bagian luar vagina yang
mengganggu senggama.
Selain itu kini juga
semakin banyak kelainan seksual, banyak sekali beredar kekerasan seksual dan
seks bebas, oleh karena itu kita harus hati-hati agar tidak menjadi korban
seksualitas. Oleh katena itu kita juga haru tahu tentang seksualiatas tersebut agar tidak jadi korban.
3.2
SARAN
Oleh
karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh
tentang seksualitas, agar kita tahu apa itu seksualitas agar kita bisa merawat
seksualitas kita dengan baik dan dapat terhindar dari penyakit-penyakit
seksualitaa, agar seksualitas kita tidak terganggung. Kita juga harus lebih
hati-hati dalam pergaulan dan menjaga seksualitas dijaman sekarang, karena
sekarang makin banyak kekerasan seksual dan seks bebas.
DAFTAR PUSTAKA
http://kamuskesehatan.com/arti/dispareunia/
(6 Maret 2015)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/painful-intercourse/basics/definition/CON-20033293?p=1
(6 Maret 2015)
http://familydoctor.org/familydoctor/en/diseases-conditions/dyspareunia/causes-risk-factors.html
(6
Maret 2015)
0 komentar:
Posting Komentar