Rabu, 18 November 2015

SEKSUALITAS


MAKALAH BIOFIS I
SEKSUALITAS
Disusun untuk melengkapi tugas BIOFIS I
Dosen pengampu : Sari Sudarmiati, M. Kep, Sp.Kep.Mat
Ns. Niken Safitri DK, M.Si.Med
Sarah Ulliya, S.Kp, M.Kes
Wahyu Hidayati, M.Kep, Sp.KMB
Madya Sulisno, M.Kep
Disusun oleh :
Ainur Muhti Ashari (22020114130106)
Azkiya Ulki F (22020114120067
Esti Aryani (22020114120057)
Fera Ayu Fitriyani       22020114120031
Nurul Inayati (22020114120058)
Rana Rofifah(22020114130117)
Tara Najmia L. S. (22020114120014)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Biofis I Dengan membuat makalah ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahui tentang seksualitas.
 Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
·         Dosen mata kuliah Biofis 1
·         Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi pengetahuan. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
                                                                                                                              

                                                                                                   Semarang, 5 Maret 2015
                                                                                                                          

                                                                                                                      Penyusun






DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar                       ...................................................................     i
Daftar Isi                                  ...................................................................    ii
1.2    Tujuan Penulisan            ...................................................................     2
1.3    Manfaat Penulisan         ...................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN
2.2
Sexually Transmitted Disease ..............................................................    3
2.3
Infertilitas                        .. ………………...........................................   7
2.4
 Sexual Abuse                  …………………..........................................   8
2.5
Inhibited Sexual Desire   …………………..........................................   10
2.6
Impotence                          ……………………..........................................           10
2.7
Gangguan ejakulasi .....................................................................   14
2.8
Dysfunction Orgasmic      ………………..............................................  16
2.8 Dyspareunia                      …………………………………………….    18
2.9 Vaginismus                       ……………………………………………..    22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan                       .....................................................................   25
3.2 Saran                                 .....................................................................   26
DAFTAR PUSTAKA                        .....................................................................   27
   










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Seksualitas merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbak balik anatara kedua individu tersebut.Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,psikologis,dan cultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
             Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis(kognisi,emosi,motivasi,perilaku)terhadap seksualitas itu sendiri
Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
            Kita harus tahu apa itu tentag seksualitas, karena itu adalah salah satu hal yang paling dasar dan penting dalam kehidupan manusia. Kini semakin berkembangnya kemajuan dunia membuat perkembangan penyakin seksualpin semakin besar, kini makin banyak penyakit seksual menular ( PSM). Beberapa penyakit seksual diantaranya adalah HIV, Clamidia, Human Papilomavirus yang tidak hanya menyebabkan gangguan seksual tapi bahkan bisa menyebabkan kematian. Disamping itu masalah yang sangat menggangu seksualitas seseorang adalah kemandulan, yaitu ketidak mampuan seseorang untuk menghasilkan keturunan. Kemandulan dapat disesbabkan oleh beberapa faktor, entah itu dari pihak sang pria ataupun sang wanita.
            Kini semakin banyaknya pelanggaranan seksual ataupun kekerasan seksual yang terjadi dalam masyarakat, yang kebanyakan dialami oleh anak usia dibawah umur. Bahkan pemerintah dan aparat umumpun masih belum bisa menyelesaikan masalah ini, dan hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang seksualitas, bagaimana menjaga anak usia dibawah umur agar tidak menjadi korban kekerasan seksual. Karena apabila hal tersebut tidak diselesaikan dengan baik itu akan sangat berdampak buruk bagi masa depan bangsa, karena sekarang penyakit seksual menular sangat mudah menyebar apabila kita tidak berhati-hati.Selain berhati-hati kitapun harus menjaga pola hidup yang sehat, pola makan yang harus selalu terjaga, dan yang paling penting dalam menjaga kesehatan seksual adalah kita harus rajin menjaga kebersihan diri kita, karena jika tidak maka penyakit seksual menukar akan dengan  mudah menyerang tubuh kita.

1.2  TUJUAN PENULISAN

a.       Untuk mengetahui tentang seksualitas.
b.      Untuk mengetahui tentang sexual transmitted diseas ( HIV, Clamidia, Human papilomavirus ).
c.       Untuk mengetahui tentang kekerasan seksual.
d.      Untuk mengetahui tentang inhibited sexual desire.
e.       Untuk mengetahui tentang gangguan-gangguan seksualitas seperti kemandulan, impotence, ejaculatory dysfunction,orgasmic dysfunction, dysparenia, dan vaginismus.

1.3 MANFAAT
            Untuk menambah wawasan tentang seksualitas, penyakit seksual menular ( PSM ), untuk mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi pada seksualitas, dan untuk mengetahui tentang kekerasan seksual dan inhibited sexual desire.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1Sexually Transmitted Disease
a.       HIV AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit kronis, penyakit ini dapat muncul karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia. Yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri atau virus yang bertujuan untuk menyerang sel tubuh dan menyerang pertahanan tubuh. Organ dimana sistem kekebalan tubuh berada disebut lymphoid, yang memiliki peran utama dalam mengembangkan lymphocytes (sel darah putih) yang secara spesifik berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan virus, yang disebut sebagai T cells.
Sel dalam tubuh individu yang diserang oleh HIV adalah limfosit Helper T cell yang berfungsi untuk menstimulasi sel darah putih untuk diproduksi dan menyerang virus, jika jumlah dan fungsi limfosit Helper T cell berkurang maka sistem kekebalan individu akan rusak sehingga mudah dimasuki dan diserang oleh berbagai kuman penyakit.
-          Gejala-gejala penyakit HIV AIDS :
1.      Demam tinggi berkepanjangan
2.      Napasnya pendek, batuk, dan nyeri pada dada
3.      Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
4.      Mengalami diare kronis
5.      Kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
6.      Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh
7.      Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
8.      Infeksi jaringan kulit rambut
9.      Kulit kering dan bercak-bercak
10.  Respon anggota gerak lambat
-          Penyebab tertularnya Virus HIV/AIDS, menurut UNAIDS (2004)
1.      Kontak seksual tanpa pelindung
2.      Darah yang terinfeksi pada transfusi darah
3.      Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya, yaitu selama kehamilan, proses kehahiran atau melalui pemberian ASI.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus ini, akan tetapi ada obat yang mampu memperlamabat reproduksi Virus HIV pada tahap awal yang disebut Antiretroviral (ARV).
-          Beberapa obat-obatan HIV AIDS :
1.      NRTI (Nucleoside atau Nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
2.      NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
3.      PI (Protease inhibitor) Fusion inhibitor
-          Cara mencegah HIV AIDS :
1.      Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah
2.      Tidak berganti-ganti pasangan seksual
3.      Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seksual)
4.      Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
5.      Jauhi narkoba
6.      Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil

b.      HPV
Salah satu virus penyebab pertumbuhan sel - sel di dalam tubuh tidak normal adalah Human Papilloma Virus (HPV). Human Papilloma Virus (HPV) termasuk golongan papovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat bersifat mutagen.Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terkena HPV bahkan menularkannya karena tidak ada gejala atau tanda - tanda yang khusus saat virus ini menginfeksi. Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks dan lesi pra kanker (bibit kanker) dan yang berhubungan dengan kanker lainnya.
HPV dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada laki-laki dan perempuan serta kanker serviks maupun kanker penis.Displasia di sekitar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal intraepitelial neoplasia/AIN). Sedangkan displasia pada daerah leher rahim disebut neoplasia intraepitelial serviks (cervical intraepitelial neoplasia/CIN).
Dari beberapa tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang menyebabkan masalah pada manusia.2 subtipe HPV dengan resiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker serviks, serta HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan serta dapat juga terjadi baik secara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker serviks dan kutil kelamin, karena vaksin ini bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe Human Papilloma Virus (HPV) yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16 dan 18.Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam 6 bulan periode, yaitu pemberian awal, 2 dan 6 bulan berikutnya. Keefektifan vaksin ini diperkirakan selama 5 tahun. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum wanita terdiagnosa virus HPV, karena vaksin ini mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV dan tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus Human Papilloma Virus didalam tubuhnya. Pengobatan virus HPV dapat dilakukan dengan cara Skrining, yaitu dengan cara melakukan papsmear (pengambilan sel-sel disekitar serviks menggunakan alat khusus (sikat yang halus).Sistem kekebalan tubuh dapat menyembuhkan infeksi HPV, namun orang tersebut dapat tertular lagi.

-          Displasia dan kutil dapat dicabut, dengan cara :
1.      Membakarnya dengan jarum listrik (kauterisasi listrik) atau laser
2.      Membekukannya dengan nitrogen cair
3.      Memotongnya secara bedah

c.       Clamidia
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita. Meskipun gejala klamidia biasanya ringan atau tidak ada, komplikasi serius dapat menyebabkan kerusakan ireversibel, termasuk infertilitas.Klamidia adalah bakteri intra selular kecil yang membutuhkan sel - sel yang hidup untuk bermultiplikasi. Kromosom bakteri klamidia terdiri dari lebih kurang 1 juta pasangan basa dan memiliki kapasitas untuk mengkodekan lebih dari 600 protein.Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intraseluler yang menginfeksi uretra dan serviks. Klamidia dapat mengerosi daerah serviks, sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen. Bayi yang dilahirkan wanita yang terinfeksi klamidia, 25-50% akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan 10-20% akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah lahir.
Klamidia menginfeksi sel epitel kolumnar, yang menyebabkan wanita usia remaja memiliki risiko infeksi karena squamocolumnar junction pada ektoserviks sampai dengan usia dewasa. Pria yang terinfeksi memiliki kemungkinan untuk menularkan sekitar 25% melalui hubungan seksual ke wanita yang sehat. Angka penularan dari ibu yang terinfeksi ke bayi baru lahir adalah 50% yang mengakibatkan konjungtivitis atau pneumonia (l0 - 20%).
Infeksi klamidia dapat terjadi melalui hubungan seksual pada usia muda baik melalui oral, vaginal maupun anal, riwayat infertilitas, memiliki lebih dari 1 pasangan seksual dan penggunaan tidak teratur dari kontrasepsi barrier. Bakteri ini dapat menyebar dari lokasi awalnya dan menyebabkan infeksi uterrus, tuba fallopi, ovarium, rongga abdomen dan kelenjar pada daerah vulva pada wanita dan testis pada pria.
Meskipun umumnya orang yang menderita klamidia tidak menunjukkan gejala, manifestasi paling sering pada penyakit ini adalah adanya suatu reaksi lokal peradangan pada mukosa yang dihubungkan dengan keputihan, uretritis pada pria, dan urenitis / vaginitis / servisitis pada wanita. Pada wanita dengan infeksi klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul, dengan sequealae termasuk infertilitas, kehamilan ektopik dan radang panggul kronik.Infeksi Klamidia diketahui juga meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi human immunodeficiency virus (HIV) oleh karena meningkatnya peradangan pada mukosa genital.Jika tidak diobati, penyakit ini dapat berkembang menjadi epididimis pada pria dan penyakit infeksi saluran genital bagian atas pada wanita.Jika tidak diobati, penyakit kelamin ini dapat berkembang menjadi epididimitis pada pria dan penyakit infeksi saluran genital bagian atas pada wanita.
Pengobatan terhadap infeksi klamidia diberikan ketika infeksi ini telah terdiagnosis atau dicurigai. Pengobatan juga melibatkan partner seksual, atau kepada pasien yang sedang diobati untuk infeksi gonorrhea. Pengobatan untuk infeksi klamidia tergantung dari gejala klinis. Pengobatan yang efektif dan murah untuk infeksi genital klamidia telah tersedia untuk setiap gejala klinis yang umum. Pada suatu penelitian randomized controlledntrial (RCT), efikasi pengobatan 7 hari dengan doksisiklin adalah sama dengan pengobatan dengan azitromisin dosis tunggal. Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari 95% pada pria dan wanita yang tidak hamil.Pada ibu hamil yang terinfeksi klamidia, dari Chohrane Review pada 11 penelitian mengenai pengobatan infeksi klamidia pada kehamilan, amoksisilin memiliki efektifitas yang sama dengan eritomisin.


2.2Infertilitas

Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang anak. Secara klinis, suatu pasangan di duga mengalami infertilitas jika tidak terjadi kehamilan setelah koitus yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi selama dua bulan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi yaitu : faktor endogen, yang meliputi tahap seluler, jaringan dan organ. Yang kedua adalah faktor luar, yang meliputi lingkungan dan pola hidup (life style). Untuk sel, jaringan dan organ agar berfungsi dengan baik diperlukan asupan zat gizi makro dan mikro.
            Penyebab utama infertilitas wanita akibat kelainan oosit adalah kegagalan ovulasi secara teratur atau tidak terjadi ovulasi sama sekali. Berbagai gangguan yang menyebabkan oligoovulasi atau anovulasi juga merupakan penyebab amenorea dan dibagi menjadi 3 kelompok: disfungsi hipotalamus, penyakit pada hipofisis, dan disfungsi ovarium.
Masalah kesehatan pria yang paling sering dijumpai adalah kelainan pada sistem reproduksi, disfungsi seksual, infertilitas, penyakit sistemik dan kesehatan mental. Kelainan pada sistem reproduksi adalah tidak tumbuh normalnya korteks dan kelenjar asesorisnya dan pembesaran prostat. Disfungsi seksual dapat berupa gangguan libido, ereksi, ejakulasi dan orgasme. Infertilitas dapat berupa abnormalitas volume semen, kualitas dan kuantitas sperma.

Gangguan kesuburan dan seksual
Manual WHO 1999 menetapkan nilai rujukan parameter semen normal berikut: volume 2,0 ml atau lebih, pH 7,2 atau lebih jumlah sperma 20.000.000 spermatozoa/ml atau lebih, jumlah total sperma adalah 40.000.000/ejakulat atau lebih, motilitas 50% atau lebih motil grade a+b atau 25 % atau lebih dengan grade a dalam rentang 60 menit setelah ejakulasi, morfologi 15% - 30%, Vitalitas, 50% atau lebih hidup, leukosit kurang dari 1.000.000/ml, immunobed kurang dari 50% spermatozoa motil terikat bead dan MAR test kurang dari 50% spermatozoa motil yang terikat dengan partikel. Nomenklatur untuk hasil analisis semen adalah: Normozoospermia adalah normal ejakulasi sesuai dengan nilai rujukan normal, Astenozoospemia, jika lebih kecil dari nilai rujukan untuk motilitas. Teratozoospermia, jika lebih kecil dari nilai rujukan untuk morfologi, Oligoastenoteratozoospermia jika ke 3 nilai rujukan kurang dari normal, Azoospermia jika tidak dijumpai adanya spermatozoa didalam ejakulat dan Aspermia jika tidak ada ejakulat. Hal inilah yang memyebabkan pria bisa disebut infertilitas.

2.3 Sexual Abuse

-          Definisi
Eksploitasi seksual pada anak adalah ketergantungan perkembangan aktivitas seksual yang tidak matur pada anak dan dewasa, dimana mereka tidak sepenuhnya komprehensif dan tidak mampu untuk memberikan persetujuan karena bertentangan dengan hal yang tabu di keluarga. (Shecter dan roberge, 1976)Sexual abuse adalah eksploitasi anak untuk kepuasan seksual orang dewasa. (Fraser, 1981)

-          Etiologi
Dari sekian pengaduan kekerasan yang diterima komnas Perlindungan Anak (PA), pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah
1.      Munculnya kekerasan dalam rumah tangga
2.      Terjadinya disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana mestinya,
3.      Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi.
I.                   DAMPAK SEXUAL ABUSE
1.      Depresi kronis berat
2.      Obesitas morbid
3.      Ketidakstabilan perkawinan
4.      Masalah gastrointestinal
5.      Sakit kepala
II.                PENCEGAHAN SEXUAL ABUSE
1.      Pendidikan dan pengetahuan orang tua yang cukup agar orang tua mampu mendidik anaknya kea rah perkembangan yang memuaskan tanpa adanya tindak kekerasan
2.      Keluarga yang hangat dan demokratis
3.      Mengenalkan kepada anak bagian-bagian tubuhnya sejak dini, termasuk daerah seksualnya
4.      Ajarkan kepada anak untuk berteriak atau segera lapor orang tua apabila ada orang lain yang memegang daerah seksualnya
5.      Ajarkan anak mengatakan kata-kata penolakan jika daerah seksualnya dipegang orang lain

III.             JENIS SEXUAL ABUSE
1.      Kekerasan terhadap perempuan (KTP) : kekerasan berbasis jender yang berakibat, menyakiti fisik, seksual, mental, dll.
2.      Child abuse (Penganiayaan anak/KTA) : perlakuan orang dewasa atau anak seusianya lebih tua dengan menggunakan kekuasaan terhadap anak yang tidak berdaya
3.      Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) : kekerasan fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah-tangga
4.      Perkosaan : hubungan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan korbannya
IV.             Model Program Konseling (Suda, 2006)
1.      The dynamic of sexual abuse : terapi difokuskan pada pengembangan konsepsi, yaitu pelaku yang disalahkan bukan korban
2.      Protective behaviours counseling : anak dilatih untuk melindungi dirinya sendiri
3.      Self-Esteem counceling : mereka bukan korban, tetapi mereka adalah yang mampu bertahan
4.      Feeling counceling : klien didorong untuk mengekspresikan perasaannya
5.      Cognitf therapy
6.      Mencegah melakukan hal yang sama : menerapkan prinsip anti kekerasan, menumbuhkan sikap murah hati mempertahankan kebiasaan berpendapat, dll.

2.3Inhibited Sexual Desire

Inhibited Sexual Desire  (ISD) adalah suatu kondisi medis yang mempunyai satu gejala yaitu keinginan seksual yang rendah. Seseorang yang mengalami ISD jarang terlibat dalam kegiatan seksual. Mereka cenderung tidak menaggapi tawaran seksual pasangan mereka. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hypoactive sexual desire, keengganan seksual, atau apatis seksual. ISD adalah salah satu masalah yang paling umum  dihadapi pasangan saat ini.
ISD dapat dibedakan menjadi ISD primer dan sekunder. Pengelompokan ini diperlukan untuk pemberian pengobatan pada penderita.

1.      Primer adalah orang dengan ISD pernah memiliki hasrat seksual.
-          Sekunder adalah orang dengan ISD mulai menjalin hubungan dengan hasrat seksual yang normal,tetapi kemudian menjadi tertarik.
-           Perubahan besar dalam  hidup dapat mempengaruhi keinginan seksual kita di antaranya :
1.      Kehamilan
2.      Perceraian
3.      Menopause
4.      Pekerjaan dan kehidupan yang tidak seimbang

-          Faktor  eksternal yang dapat mengurangi keinginan seksual meliputi :
1.    Konflik
2.    Komunikasi yang tidak baik
3.    Mengendalikan sikap
4.    Penghinaan atau kritik
5.    Perselingkuhan
6.    Kuranganya hubungan emosional

Orang yang paling berisiko mengalami ISD adalah orang yang mengalami trauma terkait  seksualitas seperti, perkosaan, atau kekerasan seksual. Selain itu keluarga yang membiasakan dan mengajarkan berpikir negatif  mengenai seks kepada anak juga dapat tertular.

-          Ada beberapa faktor medis dan psikologis yang dapat menghambat keinginan seksual, diantaranya           :
1.      Hubungan seksual yang menyakitkan
2.      Disfungsi ereksi (ED) adalah ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai ereksi. Hal ini dapat menyebabkan ISD dalam manusia, yang mungkin merasa dia adalah kegagalan seksual. Dirasakan kegagalan baik pada pria maupun wanita (kegagalan orgasme, misalnya) dapat menyebabkan individu mengalami disfungsi untuk memiliki ISD.
3.      Ketidakmampuan untuk ejakulasi selama hubungan seksual
4.      Pola berpikir negative mengenai seks
5.      Kehamilan dan menyusui
6.      Kesehatan mental atau psikologis
7.      Mngonsumsi alcohol dan obat-obatan yang berlebihan
8.      Penyakit kronis
9.      Rasa sakit dan kelelahan
10.  Perubahan hormonal terutama hormon testosterone yang rendah baik laki-laki ataupun perempuan
11.  menopause


-          Pengobatan untuk Inhibited  Sexual Desire

Konseling psikologis dan seksual adalah pengobatan utama untuk ISD. Banyak pasangan pertama yang perlu konseling pernikahan untuk meningkatkan hubungan nonseksual mereka sebelum menangani komponen seksual secara langsung.Pelatihan komunikasi adalah salah satu pilihan yang mengajarkan bagaimana pasangan menunjukkan kasih sayang dan empati,  menghormati perasaan dan perspektif masing-masing,  menyelesaikan perbedaan,  mengekspresikan kemarahan dengan cara yang positif. Selain itu perubahan gaya hidup tertentu dapat memiliki efek positif pada keinginan seksual sekaligus meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

    
2.5 Impotence
I.                   Definisi
Disfungsi ereksi atau impotence adalah disfungsi seksual yang ditandai dengan ketidakmampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya sendiri maupun pasangannya. Disfungsi ereksi merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang medis, dan merupakan kondisi medis yang tidak berhubungan dengan proses penuaan walaupun prevalensinya meningkat sejalan dengan bertambahya usia.
II.                Etiologi
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lelah sering terjadi pada pria yang lebih muda, semakin bertambah umur seseorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat penyakit yamg sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun. Agar bias tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi.
·         Penyebab impotensi ada dua, yakni faktor fisik (organik) dan faktor psikologis (psikogenik).
a.       Faktor fisik 
1.      Penyakit kronik (aterosklerosis, diabetes, penyakit jantung)
2.      Obat-obatan (contoh : antihipertensi (diuretic thiazid), antiandrogen (digoksin), antidepresan, antipsikotik (neuroleptik), antihistamin II (simetidin), alcohol, heroin, obat penenang, litium.
3.      Pembedahan/operasi (daerah pelvis dan prostatektomi radikal)
4.      Trauma (spinal cord injury)
5.      Radioterapi pelvis
6.      Inflamasi prostat/prostatitis
7.      Penyakit parah (anemia, TBC, Pneumonia, dll.)
8.      Gangguan hormonal
9.      Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnnya.
b.      Factor psikologis
1.      Kurangnya kepercayaan diri
2.      Gangguan hubungan personal
3.      Kurangnya hasrat seksual
4.      Cemas, depresi, stress, kepenatan, kehilangan, kemarahan
5.      Konflik rumah tangga



III.             Pencegahan impotensi
1.      Hindari nikotin
2.      Vasektomi
3.      Stop stress dan perasaan bersalah
4.      Bakar lemak perut
5.      Hindari benturan benda keras

2.6 Gangguan ejakulasi (ejaculatory dysfunction )
Ejakulasi merupakan  peristiwa keluarnya sperma dari penis dan biasanya di sertai dengan orgasme.
Ejakulasi inimelibatkan kerja dua impuls, yaitu impuls simpatis menyebabkan kontraksi peristaltik di duktus testis, epididimis, dan duktus deferen menyebabkan sperma mengalir  ke sepanjang saluran, dan impuls parasimpatis  menyebabkan otot bulbokavernosum berkontraksi secara berirama, menyebabkan cairan semen keluar. Jadi saat ejakulasi ini saraf simpatis menyebabkan konstriksiarteriol, sehingga aliran darah yang ke kavernosa mengecil. Darah dari sinusoid korpus kavernosa mengalir ke vena, penis menjadi lunak.
1.        Anejakulasi                      :  tidak berejakulasi tapi rasanya seperti sudah berejakulasi
2.        Ejakulasi retrograde         :  sperma masuk ke kandung kemih setelah ejakulasi, hal ini diketahui  dengan terdapatnya sperma pada urine saat berkemih
3.        Ejakulasi dini                   :  ketidakmampuan terjadinya erksi dan mempertahankan ereksi      dalam  waktu yang cukup untuk hubungan seksual yang memuaskan.
4.        Ejakulasi incomplete        :  ejakulasi tidak lengkap biasanya karena seks terburu-buru dan perasaan tidak nyaman saat ejakulasi
5.        Ejakulasi terhambat          : kebalikan ejakulasi dini dimana terjadi ejakulasi tidak kunjung keluar meski hubungan seks sudah berlangsung lama, hal ini menyiksa baik pihak pria maupun wanita
Masalah Ejakulasi yang kompleks dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1        tekanan
2        masalah hubungan
3        kecemasan, seperti orang menjadi cemas bahwa ia akan kehilangan ereksinya (disfungsi ereksi) menyebabkan dia ‘terburu-buru’ hubungan intim
4        sebelumnya pengalaman seksual traumatis
5        depresi
6        beberapa kondisi medis atau obat - untuk diabetes misalnya dapat menyebabkan ejakulasi tertunda
7        Beberapa peneliti berpikir orang tertentu lebih rentan terhadap ejakulasi dini karena biologis mereka make-up, seperti memiliki penis yang luar biasa sensitive
penyebab disfungsi ejakulasi pada pria bisa disebabkan oleh gangguan fisiologis atau psikologis. Penyebab fisiologis misalnya dikarenakan adanya masalah kesehatan secara umum yang juga bisa menyebabkan gangguan fungsi seksual. Misalnya diabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan neurologis, ketidakseimbangan hormon, dan berbagai macam penyakit kronis lain misalnya gagal ginjal, penyakit hati, alkohlisme dan penyalahgunaan napza jangka panjang. Penyebab psikologis termasuk diantaranya adalah depresi, stress, kecemasan, kegalauan terhadap vitalitas seksual, permasalahan rumah tangga, masalah relasi, perasaan bersalah, dan juga karena masalah trauma seksual di masa lampau.
-          Akibat
  1. Tingkat kepercayaan diri yang menurun
  2. Harapan hidup yang rendah
  3. Semangat hidup yang kian redup
  4. Minder di hadapan pasangan
  5. Tingkat perceraian yang tinggi
-          Penanganan
1.      Konsultasi terhadap dokter
2.      Bicarakan pada pasangan
3.      Jaga pola hidup yang sehta
4.      Hindari makanan beralkohol


2.7 Dysfunction Orgasmic (Disfungsi Orgasme)
a.      Definisi
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme secara terus-menerus atau berulang kali setelah memasuki tahap rangsangan (excitement phase) ketika sedang berhubungan (Pangkahila, 2007).Disfunction orgasme adalah kondisi dimana seorang wanita sulit mencapai orgasme meskipun telah mendapat rangsangan dengan tepat ketika melakukan aktivitas seksual.Disfungsi orgasme juga disebut sebagai anorgasmia atau female orgasmic disorder.
Ada empat jenis disfungsi orgasme yaitu disfungsi orgasme primer, disfungsi orgasme sekunder, disfungsi orgasme situasional, dan disfungsi orgasme general. (Mayo Clinic, 2012)
-          Disfungsi orgasme primer adalah kondisi dimana seorang waita tidak pernah dan tidak bisa berorgasme, kasus ini terjadi pada 10%-15% wanita.
-          Disfungsi orgasme sekunder adalah kondisi dimana seorang wanita setidaknya pernah mengalami satu kali orgasme, namun setelah itu tidak dapat mengalami orgasme lagi. Kasus disfungsi orgasme sekunder terjadi pada 33%-50% wanita.
-          Disfungsi orgasme situational adalah tipe yang paling banyak terjadi. Pada tipe ini wanita hanya dapat mencapai orgasme pada situasi tertentu, seperti ketika oral seks atau masturbasi.
-          Disfungsi orgasme general adalah ketidakmampuan mencapai orgasme pada keadaan apapun atau pasangan seks manapun.
b.      Penyebab
Disfungsi orgasme dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
-          Usia, terlebih wanita pada usia menopause
-          Penyakit kronis
-          Pandangan budaya dan agama tentang seks
-          Rasa malu atau segan
-          Kesalahan tentang kenikmatan aktivitas seksual
-          Pengalaman kejahatan seksual (pelecehan, pemerkosaan)  di masa lampau
-          Hysterectomy (operasi pengangkatan uterus)
-          Kondisi medis yang mempengaruhi pasokan saraf ke panggul (seperti multiple sclerosis, neuropati diabetes, dan cedera tulang belakang)
-          Resep obat tertentu, termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), dan sertraline (Zoloft)
-          Stress dan kelelahan
c.       Gejala
Gejala dari disfungsi orgasme adalah tidak mampu mencapai orgasme, memakan waktu lebih lama dari yang diinginkan, atau mengalami orgasme hanya sekedar untuk kepuasan.Orgasme dapat tercapai dengan sedikit rangsangan seksual, meskipun dalam beberapa kasus disfungsi orgasme ini memerlukan usaha yang lebih.Gejala utama dari anorgasme adalah ketidakmampuan mencapai klimaks dalam seks. Tidak mampu mencapai kepuasan orgasme atau membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu normal untuk mencapai klimaks juga merupakan gejala dari anorgasme.
Anorgasme tidak hanya mengarah pada aktivitas seks tapi juga mengarah pada ketidakmampuan untuk mencapai klimaks saat masturbasi atau saat memberikan rangsangan pada klitoris.
d.      Diagnosa
Langkah pertama dalam mengobati disfungsi orgasme adalah dengan konsultasi pada dokter. Meskipun malu, namun itu adalah cara terbaik untuk membantu pasien dapat menikmati aktivitas seksual lagi.Dokter akan berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan mengenai pengalaman seksual pasien dan akan melakukan pemeriksaan fisik. Tujuan dari diskusi dan pemeriksaan adalah untuk mengungkapkan penyebab pemicu terjadinya disfungsi orgasme atau merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter kandungan.
e.       Pengobatan
Pengobatan kasus disfungsi orgasme tergantung pada penyebabnya. Sebagai berikut ini:
-          mengobati kondisi yang mendasari disfungsi orgasme    
-          mengganti obat antidepresan
-          mencoba beberapa bentuk terapi komunikasi, seperti terapi perilaku kognitif
-          menerima rangsangan pada klitoris selama masturbasi dan hubungan seksual
-          Terapi dengan pasangan merupakan pilihan pengobatan yang sedang populer. Terapi ini adalah cara bagi pasangan untuk berhubungan seks lebih baik.
-          Terapi hormon estrogen dapat membantu meningkatkan rangsangan dan aliran darah ke alat kelamin (genital) untuk meningkatkan sensitivitas.
-          Terapi Testosteron juga merupakan pilihan pengobatan. Namun, belum disetujui oleh US Food and Drug Administration untuk mengobati disfungsi orgasme pada wanita.
f.       Menjalani hidup dengan DO
Ketidakmampuan untuk orgasme dapat berdampak frustasi, stress dan berdampak pada sebuah hubungan. Namun, penderita mungkin dapat mencapai klimaks dengan menjalani perawatan yang tepat dan pikiran yang terbuka.penderita harus menyadari bahwa difungsi orgasme bukan kesalahannya dan dianjurkan untuk tidak berpikiran bahwa hanya dirinya sendiri yang mengalami disfungsi orgasme. Banyak wanita memiliki masalah dengan disfungsi orgasme di dalam hidup mereka.
Bagian dari terapi individu atau pasangan berfokus pada bagaimana pasien melihat dan menilai suatu hubungan seksual. Ada banyak cara pasien dapat mengekspresikan emosi secara fisik tanpa memiliki tujuanuntuk mencapai orgasme. Pertemuan dengan seorang terapis dapat membantu pasien dan pasangannya untuk belajar lebih banyak tentang satu sama lain mengenai kebutuhan dan keinginan seksual.


2.8 Dyspareunia
a.      Definisi
Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual. Dispareunia sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi dapat menjadi penghambat aktivitas seksual genital pada kedua jenis kelamin.Vaginismus atau trauma urogenital lokal atau kondisi peradangan seperti robekan hymen, laserasi labial, uretritis, atau kondisi peradangan pada kelenjar labial atau vagina (vaginitis) dapat menyebabkan dispareunia. Dispareunia terjadi sebelum, selama atau setelah hubungan seksual.
Penderita akan mengalami :
-          Nyeri hanya pada penetrasi seksual (entry)
-          Nyeri pada setiap penetrasi
-          Nyeri setelah hubungan
-          Nyeri seperti terbakar atau sakit nyeri
-          Nyeri yang sangat lama setelah berhubungan

Jika mengalami nyeri saat berhubungan seks berulang, kosultasikan dengan dokter. Mengobati masalah dapat membantu kehidupan seks, keintiman emosional dan citra diri.
Penyebab fisik hubungan seksual yang menyakitkan berbeda, tergantung pada rasa sakit terjadi pada awal atau pada saat penetrasi. Faktor emosional dapat dikaitkan dengan berbagai jenis dipareunia.
Nyeri saat memasukkan (entry)
Nyeri saat penetrasi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk:
-          Pelumasan cukup. Hal ini karena tidak cukupnya foreplay.Pelumasan cukup juga sering disebabkan oleh penurunan kadar estrogen setelah menopause, setelah melahirkan atau selama menyusui.
-          Obat-obat tertentu yang menghambat keinginan atau gairah, yang dapat mengurangi pelumasan dan membuat seks terasa sakit. Antara lain antidepresan, obat tekanan darah tinggi, obat penenang, antihistamin dan pil KB tertentu.
-          Cedera, trauma atau iritasi. Ini termasuk cedera atau iritasi akibat kecelakaan, operasi panggul, episiotomi ( pemotongan yang dilakukan selama persalinan untuk memperbesar jalan lahir).
-          Peradangan, infeksi atau kelainan kulit. Infeksi di daerah genital atau saluran kemih dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan. Eksim atau masalah kulit lainnya di daerah genital juga dapat menjadi masalah.
-           Vaginismus. Kejang paksa otot-otot dinding vagina (vaginismus) dapat membuat upaya penetrasi sangat menyakitkan.
-          Kelainan bawaan. seperti vagina tidak berbentuk sepenuhnya (agenesis vagina) atau pengembangan membran yang menghalangi lubang vagina (selaput dara imperforata), bisa menjadi penyebab dispareunia.


Deep pain
Deep pain biasanya terjadi dengan penetrasi yang mendalam dan akan lebih terasa dengan posisi tertentu. Penyebabnya antara lain:
-          Penyakit dan kondisi tertentu. Seperti  endometriosis, penyakit radang panggul, prolaps rahim, rahim retroversi, fibroid rahim, cystitis, sindrom iritasi usus, wasir dan kista ovarium.
-          Operasi atau perawatan medis. Jaringan parut dari operasi panggul, termasuk hysterectomy, kadang-kadang dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan. Perawatan medis untuk kanker, seperti radiasi dan kemoterapi, dapat menyebabkan perubahan yang membuat seks terasa menyakitkan.
-          Faktor emosionalEmosi yang sangat terkait dengan aktivitas seksual dan memiliki peran dalam setiap jenis nyeri seksual. Faktor emosional meliputi:
-          Masalah psikologis. Kecemasan, depresi, kekhawatiran tentang penampilan fisik, takut akan keintiman atau masalah dalam suatu hubungan yang menyebabkan  rendahnya tingkat gairah dan menyebabkan ketidaknyamanan atau sakit.
-          Stres. Otot panggul cenderung mengencangkan dalam merespon stres. Hal ini dapat menyebabkan nyeri selama hubungan seksual.
-          Pengalaman pelecehan seksual. Kebanyakan wanita dengan dispareunia tidak memiliki riwayat pelecehan seksual, tetapi jika pernah mengalami pelecehan ini dapat memicu dispareunia.

Terapi
Berbagai jenis terapi dapat membantu, termasuk:
-          Terapi desensitisasi. Selama terapi ini, pasien akan belajar latihan relaksasi vagina yang dapat mengurangi rasa sakit. Terapis akan menyarankan latihan dasar panggul (latihan Kegel) atau teknik lain untuk mengurangi rasa sakit dengan hubungan seksual.
-          Konseling atau terapi seks. Pasien memerlukan bantuan meningkatkan komunikasi dengan pasangannya dan memulihkan keintiman seksual. Berbicara dengan seorang konselor atau terapis seks dapat membantu mengatasi masalah ini.
-          Terapi perilaku kognitif juga dapat membantu dalam mengubah pola pikir negatif dan perilaku.
Pasien  dan pasangan pasangan mungkin dapat meminimalkan rasa sakit dengan beberapa perubahan pada rutinitas seksualnya:
-          Beralih posisi. Jika Anda mengalami nyeri saat menyodorkan, penis mungkin menusuk serviks atau menekankan otot panggul, sehingga menyebabkan sakit kram atau nyeri. Perubahan posisi dapat membantu mengurangi rasa sakit wanita dapat mencoba berada di atas pasangannya saat berhubungan seks. Wanita biasanya memiliki kontrol lebih pada posisi ini, sehingga dapat mengatur penetrasi pada kedalaman yang nyaman untuk wanita.
-          Berkomunikasi. Bicara tentang apa yang terasa nyaman dan apa yang tidak. Jika Anda membutuhkan pasangan untuk lambat, katakan demikian agar aktivitas seks terasa nyaman.
-          Jangan terburu-buru. Lagi foreplay dapat membantu merangsang lubrikasi alami dan dapat mengurangi rasa sakit dengan menunda penetrasi sampai wanita merasa benar-benar terangsang.
-          Gunakan pelumas. Sebuah pelumas dapat membuat seks lebih nyaman.


2.9 Vaginismus
DEFINISI
Vaginismus adalah ketegangan otot yang involunter pada sepertiga bagian luar vagina yang mengganggu senggama. (Sadock, 2008) Kontraksi otot adalah gejala fisik yang timbul sebagai respons emosional terhadap pengalaman seksual awal yang negative, penganiyaan seksual, pemeriksaan vagina yang menimbulkan nyeri, masalah ereksi pada pasangan, tabu agama, nyeri yang dihubungkan dengan masalah fisik (vagina pendek, hymen imperforate, tumor, nyeri kambuhan pada vulva, atau cedera genitalia), atau rasa takut, misalnya, rasa takut terkena infeksi menular seksual, kehamilan, orientasi seksual, kanker, atau HIV.
FAKTOR PREDISPOSISI
·         Memiliki pengalaman koitus yang menyakitkan.
·         Kondisi negative masa kanak-kanak yang menganggap seks sebagai sesuatu yang kotor, penuh dosa dan memalukan.
·         Trauma seksual pada awal masa kanak-kanak
·         Trauma pada saat pertama kali pemeriksaan pelvis
·         Fobia kehamilan
·         Fobia penyakit kelamin (Townsend, 1998)

ETIOLOGI
Dari factor fisik:
·         Infeksi traktus genitalis (candidiasis, Ca Cervix oleh HPV).
·         Penyakit sistem vascular (Artherosklerosis)
·         Penyakit yang mempengaruhi sistem saraf (diabetes, multiple sclerosis, cedera saraf tulang belakang).
·         Penurunan kadar testosterone
·         Penurunan kadar estrogen setelah menopause, melahirkan dan sedang menyusui.
·         Obat-obatan: antihipertensi, antidepresan jenis SSRI (Prozac dan Zoloft)
·         Konsumsi alcohol yang berlebihan.
Dari factor psikologis:
·         Trauma psikoseksual (pemerkosaan)
·         Informasi seksual yang tidak adekuat.
·         Religious: menganggap tabu.

DIAGNOSA
Diagnosa vaginismus di tentukan berdasarkan ada tidaknya gejala-gejala dibawah ini:
1.      Sulitnya penetrasi pada saat hubungan seksual.
Rasa sesak dan nyeri pada saat penetrasi merupakan salah satu tanda adanya vaginismus.
2.      Adanya rasa nyeri seksual terus-menerus yang terjadi setelah problem pelvis, persoalan medis atau bedah.
3.      Nyeri seksual setelah melahirkan.
Rasa nyeri seksual dan sesak saat penetrasi setelah melahirkan (setelah semuanya sembuh) juga menjadi salah satu pertanda vaginismus sekunder.
4.      Nyeri seksual terus-menerus dan rasa sesak saat penetrasi tanpa adanya penyebab fisik yang terlihat.
5.      Vaginismus sering terjadi selama aktifitas seksual berlangsung  dan dokjter tidak dapat menemukan penyebab pasti kesulitan dalam hubungan seksual tersebut.
6.      Penolakan hubungan seksual akibatrasa nyeri atau gagalnya penetrasi.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk mendiagnosa vaginismus adalah dengan menggunakan surface elektromiography (sEMG) or needle elektromiography. Dari peniletian terhadap sEMG dan needle EMG dapat menunjukan kekuatan otot-otot pelvis. Pelvic floor pada wanita dan tonus otot pelvis serta vagina dalam diagnose vaginismus. Dari penilitian menunjukan bahwa kekuatan otot vagina dan pelvic floor pada wanita dengan vaginismus lebih besar disbanding wanita normal.
Tidak ada pemeriksaan medis pasti yang dapat digunakan untuk diagnose vaginismus, karena itu mungkin diperlukan beberapa kali kunjungan ke dokter atau sppesialis untuk menegakkan diagnose. Keberhasilan dalam mendiagnosa suatu vagisnismus ditentukan oleh riwayat pasien, deskripsi masalah, pemeriksaan gynecology dan proses untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain.



















BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Seksualitas merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbak balik anatara kedua individu tersebut. Banyak hal yang harus kita perhatikan tentang seksualitas, karena itu adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seksualitas, seperti fisiologi dan psikologi. Banyak hal yang harus kita perhatikan seperti pola makan, kebersihan, kondisi mental, jangan banyak pikiran karena itu sangat berpengaruh tentang seksualita kita.
Apabila kita tidak mempertibangkan hal-hal tersebut, walau cuma sepele itu akan sangat berpengaruh untuk seksualitas kita. Akan banyak gangguan yang akan menyerang bagian seksualitas kita apabila kita tidak merawat dengan baik, bebrapa gangguan itu seperti  :
·         HIV AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit kronis, penyakit ini dapat muncul karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia.
·         Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks dan lesi pra kanker (bibit kanker) dan yang berhubungan dengan kanker lainnya.
·         Klamidia adalah penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita.
·         Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang anak.
·         Disfungsi ereksi atau impotence adalah disfungsi seksual yang ditandai dengan ketidakmampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya sendiri maupun pasangannya.
·         Kelainan pada ejakulasi, seperti ( anejakulasi, ejakulasi dini, Ejakulasi retrograde, Ejakulasi incomplete, Ejakulasi terhambat  )
·         Disfunction orgasme adalah kondisi dimana seorang wanita sulit mencapai orgasme meskipun telah mendapat rangsangan dengan tepat ketika melakukan aktivitas seksual.
·         Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual.
·         Vaginismus adalah ketegangan otot yang involunter pada sepertiga bagian luar vagina yang mengganggu senggama.
Selain itu kini juga semakin banyak kelainan seksual, banyak sekali beredar kekerasan seksual dan seks bebas, oleh karena itu kita harus hati-hati agar tidak menjadi korban seksualitas. Oleh katena itu kita juga haru tahu tentang seksualiatas  tersebut agar tidak jadi korban.


3.2 SARAN
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang seksualitas, agar kita tahu apa itu seksualitas agar kita bisa merawat seksualitas kita dengan baik dan dapat terhindar dari penyakit-penyakit seksualitaa, agar seksualitas kita tidak terganggung. Kita juga harus lebih hati-hati dalam pergaulan dan menjaga seksualitas dijaman sekarang, karena sekarang makin banyak kekerasan seksual dan seks bebas.








DAFTAR PUSTAKA


0 komentar:

Posting Komentar